Mengenai Saya

Foto saya
Saya dilahirkan dalam keluarga yang sederhana tepat pada 01 Desember 1983.Sando Tambunan itulah nama panggilan yang diberi oleh kedua orang tua saya D.Tambunan dan B.Sidabutar yang bermukim di suatu Desa Martoba tepatnya di Desa Tolping.Kec.Simanindo Kab.Samosir. Saya "WHERE THERE IS GREAT LOVE,THERE ARE ALWAYS WISHES "

Kamis, 04 Februari 2010

bertekun

B E R T E K U N

Anda suka mengenakan celana panjang, celana pendek atau rok yang terbuat dari bahan jeans? Banyak orang suka mengenakan bahan pakaian yang terbuat dari jeans, baik orang muda maupun orang yang lanjut usia, kelihatannya begitu pas untuk berbagai usia.

Umat sering bertanya-tanya, bolehkah ke Gereja/beribadah mengenakan celana jeans? rasanya tak perlu diperdebatkan lagi. Karena bagi banyak orang yang penting pantas dan sopan. Sekalipun mungkin umat belum dapat menerima jika seorang Pendeta bertugas/melayani dengan mengenakan jeans. Tetapi bisa saja terjadi nanti di masa depan, mungkin karena orang lebih memilih bukan "kulitnya" tetapi "isinya". Padalah di luar negeri para petugas/pelayan Firman mengenakan jeans, adalah pemandangan yang biasa. Sekarang bukan masalah itu yang akan menjadi fokus kita, yang ingin dikemukakan adalah, apakah anda para penggemar pakaian berbahan jeans mengetahui sejarah munculnya pakaian berbahan jeans?

Seorang pria bernama Levi Strauss pada tahun 1850 pergi ke sebagai penambang emas. Apa yang diusahakan oleh Levi Strauss ternyata hasilnya jauh dari memuaskan, tetapi ia terus berusaha. Kemudian Levi Strauss mencoba untuk mencari usaha sampingan dengan membuat bahan kain kaku dan keras (jeans) untuk membuat tenda atau penutup mobil. Seorang teman kerjanya berkomentar: "Mengapa kamu tidak membuat celana panjang dari bahan ini?"

Temannya itu mengatakan bahwa para penambang perlu celana dari kain yang kuat bahannya, karena para penambang emas harus jatuh bangun bahkan kena hujan dan panas ketika mereka bekerja. Levi Strauss menyambut masukan dari temannya itu, ia pun membuat celana bagi para penambang emas. Hal yang Levi Strauss lakuan ini menjadi langkah awal ia mendapatkan "emas". Celana berbahan "jeans" itu disukai oleh banyak orang, bahkan menjadi popular sampai ke seluruh dunia dan mungkin ketika anda membaca kish ini, anda mengenakan jeans.

Dalam hidup ini, kita tak dapat menghindari kegagalan, kesusahan, ujin, pergumulan, tantangan dan lain-lainnya. Namun kita dapat menyikapinya secara berbeda. Jika disikapi dengan kemarahan atau keputusasaan, maka masa atau situasi sulit akan melumpuhkan semangat hidup dan itu akan membuat kita menjadi pecundang! Sebaliknya, jika disikapi dengan ketekunan, maka masa sulit bisa dipandang sebagai suatu "kesempatan e m a s", m e n g a p a ? ? ? karena melaluinya kita justru ditempa untuk berpikir lebih jauh, berinisiatif lebih banyak dan melihat kemungkinan yang lebih banya. Melalui kegagalan, kesulitan dan bermacam kendala, sesungguhnya kita sedang ditempa untuk menjadi lebih dewasa dan lebih berpengalaman. Yang penting adalah bertekun, kita perlu memiliki ketekunan!

Apakah ketekunan itu?? Ketekunan adalah sikap pantang menyerah, terus berusaha untuk melakukan yang terbaik di saat terburuk. Sesungguhnya itulah sikap hidup yang harus diwujudkan, jika kita ingin menuai "emas-emas" kehidupan. Sebab ketekunan akan membuat atau membentuk seseorang menjadi tahan banting, pandai melihat peluang di tengah penghalang, dan buahnya adalah keberhasilan. Apakah anda t e n g a h mengalami masa sulit, kegagalan b i s n i s, k e r e t a k a n hubungan, sakit penyakit, stress atau lain-lainnya? Apakah semua itu membuat anda patah semangat??

Ayo bangkit lagi! Tak akan sia-sia orang yang mau berusaha dan memohon pertolongan Tuhan. Selamat bertekun.

ketekunan

S E A N D A I N Y A ………….

Banyak orang suka berpikir atau juga membayangkan, seandainya ….. ada lorong waktu, apa yang akan terjadi pada dirinya atau apa yang akan diperbuatnya ? Ada orang-orang yang membayangkan, seandainya hidupnya bisa menembus waktu ke 'belakang', seandainya hidupnya bisa surut/ mundur ke masalalu léwat lorong waktu, ia ingin melakukan ini dan itu. Orang-orang berpikir seandainya …….. hidupnya dapat diulang kembali, mungkin akan melakukan ini dan itu secara berbéda.

Dalam sebuah studi sosiologi, pernah ditanyakan kepada sekitar 50 orang dewasa dan lansia : “Seandainya, anda dapat mengulang kembali hidup anda , apa yang akan anda lakukan secara berbéda ?”.

Untuk pertanyaan ini, jawaban yang didapat, secara umum ada 3, yaitu :
= Aku akan lebih banyak menyediakan waktu untuk merenung
= Aku akan lebih banyak mengambil resiko dengan berani
= Aku akan lebih banyak mengerjakan hal-hal yang akan hidup terus, walau aku telah meninggal dunia.

Dari jawaban-jawaban tadi, Keinginan untuk melakukan sesuatu yang berbéda dari saat-saat yang telah lalu/léwat, pada umumnya menunjukkan bahwa ada keinginan keinginan kita yang belum terpenuhi atau ada kekeliruan-kekeliruan dengan apa yang sudah kita lakukan.

Jawaban-jawaban dari pertanyaan tadi juga bisa menunjukkan adanya kesadaran bahwa seharusnya kita tidak melakukan hal-hal itu, disini ada rasa penyesalan, rasa bersalah atau juga rasa malu. Penyesalan, rasa bersalah dan rasa malu….itu semua baik jika kita masih memilikinya, karena hal itu membuat kita berupaya untuk tidak mengulanginya dan berusaha untuk berbuat atau melakukan hal-hal yang lebih baik lagi. Namun sayang, banyak orang hanya berhenti pada penyesalan, tidak merasa bersalah dan tidak merasa malu !!! Hal ini lah yang sesungguhnya membuat hidup tidak lebih daripada sebuah pengulangan-pengulangan yang menyedihkan, tidak bertumbuh , tidak berkembang dan tidak menjadi berkat, penuh dengan kesia-siaan. .

Mungkin kita juga suka meratapi hidup ini……Ah, seandainya saja waktu bisa diulang/mundur kembali, maka aku akan lebih bijak, akan lebih jujur, akan lebih menghargai waktu, akan lebih mengasihi, akan lebih giat, akan lebih rendah hati dan menghormati-menghargai orang lain, akan lebih berterima kasih dan akan-akan yang lebih baik lagi lainnya. Jangan berhenti hanya pada penyesalan ..seandainya ini dan itu. Waktu terus berjalan ke depan, tidak surut ke belakang, waktu tak mungkin kembali, tetapi kita masih bisa melakukan hal-hal yang lebih baik lagi di waktu/hari mendatang.

Firman Tuhan mengingatkan “Perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang-orang bebal, tetapi seperti orang arif “ (Efesus 5 : 15) Kita telah menjalani tahun 2010 selama sebulan, apakah kita masih berpikir …seandainya…? Kita tidak hidup surut ke belakang, tapi kita dapat menéngoknya sejenak untuk belajar dari situ, lalu menjalani hari demi hari ke depan dengan lebih baik lagi. Tuhan menolong dan memberkati kita.

.

Sebuah Catatan Refleksi bagi Penyalaan Lilin dalam Ibadah di Gereja"

Secercah Inspirasi Dari Lilin
"Sebuah Catatan Refleksi bagi Penyalaan Lilin dalam Ibadah di Gereja"

oleh Pdt. Rewah A. Handayani

Pernyalaan lilin merupakan tindakan simbolis dari doa tanpa kata, sebuah permohonan, sekaligus juga harapan dan syukur. Tindakan penyalaan lilin oleh Pendeta dan Penatua, diikuti juga dengan penyebaran cahayanya kepada Umat (Khususnya pada ibadah Malam Natal), tentu dilakukan bukan sebagai rutinitas dari ritual dari masa Adven atau masa Natal dan perayaan gerejawi lainnya, tetapi untuk mendukung tindakan simbolis iman ketika merayakan peristiwa iman dalam perayaan gerejawi sehingga mendukung pernyataan sikap iman dalam kesaksian yang hendak dinyatakan dalam hidup.

12 Makna Lilin Berdasarkan Ciri-cirinya:

1. Lilin memberikan cahaya. Lilin mengingatkan kita akan Kristus Penyelamat kita yang berkata "Akulah Terang Dunia" (Yoh 9:5). Lilin juga mengingatkan kita bahwa kita harus juga harus bersinar, karena Kristus juga berkata bahwa kita adalah terang dunia. Ia berkata: "kamulah terang dunia. Dan biarlah terangmu bercahaya di depan orang, sehingga mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuji Bapamu yang di surga" (Mat 5:14-16)
2. Lilin memberikan kehangatan. Mereka mengingatkan kita bahwa kita juga harus memberi kehangatan kepada orang di sekitar kita, terutama mereka hatinya dingin dan perlu dihangatkan dengan cinta kita.
3. Lilin menyala dengan api. Hal ini mengingatkan kita akan api neraka yang abadi, yang menanti kita jika kita tidak bertobat dan tidak mematuhi perintah Allah.
4. Lilin itu indah namun berbahaya. Mereka memancarkan cahaya indah yang lembut dalam Gereja. Namun, jika tidak diawasi, cahaya lilin ini juga bisa membakar Gereja. Melalui hal ini, lilin mengajar kita untuk selalu waspada dan hati-hati, karena kurangnya kewaspadaan dapat membawa konsekuensi yang mengerikan.
5. Lilin tidak permanen. Hal ini mengingatkan kita bahwa hidup kita di bumi ini sementara, dan setiap hari umur kita semakin pendek sampai akhirnya musnah Lilin memanggil kita semua, kepada pertobatan, karena waktu kita di bumi ini tidaklah abadi.
6. Lilin itu lurus bentuknya. Hal ini mengingatkan kita bahwa kita harus tetap lurus dalam pandangan Tuhan, bahwa perbuatan kita harus benar dan jujur. Sebuah lilin yang tidak berdiri tegak tidak akan terbakar dengan baik. Maka, kita juga harus menjalani hidup kita dengan lurus, tidak menyimpang ke kiri atau kanan.
7. Lilin dapat melengkung tetapi tidak putus. Sebuat lilin wax, memiliki kemampuan mengagumkan dimana lilin itu dapat diluruskan kembali. Hal ini mengingatkan kita bahwa kita harus mampu menghadapi tantangan dan duka yang kita hadapi tanpa menghancurkan hidup kita. Walaupun derita semacam ini dapat melengkungkan jalan kita, namun, melalui penyesalan dan pertobatan kita menjadi lurus dan tegak kembali.
8. Lilin bisa keras dan lembut. Lilin keras saat dingin, dan menjadi lembuat saat hangat. Sama juga halnya hati kit ayang keras ketika dingin, dan kita harus menghangatkannya dengan cinta akan Allah dan sesama agar menjadi lembuat kembali.
9. Lilin mengeluarkan 'air mata'. Saat dibakar, lilin mengeluarkan cairan yang mengalir bagaikan air mata kita. Hal ini mengingatkan kita bahwa kita harus menangisi dosa-dosa kita, dan mengeluarkan belas kasihan kepada sesama.
10. Lilin adalah anugerah dari dunia binatang. Lilin dibuat dari caiaran yang merupakan hasil kerja dari ribuan lebah madu yang bekerja bersama. Lilin mengingatkan kita agar produktif dan tidak malas, dan bahwa kita harus mencintai semua ciptaan Allah, baik yang besar dan kecil, dan berterima kasih kepada mereka saat kita menggunakan hasil kerja mereka untuk kebutuhan kita.
11. Lilin memiliki bahyak kegunaan namun sederhana. Lilin tidaklah rumit. Kodratnya sederhana, tetapi mereka melakukan tugasnya dengan baik, terutama di zaman teknologi yang maju dan rumit ini, lilin mengingatkan kita bahwa kadang hal yang sederhana adalah yang terbaik. selama berabad-abad lilin membuat ibadah dapat dilakukan saat hari gelap, bahkan perayaa-perayaan ibadah di Gereja menggunakannya. Lilin mengingatkan kita bahwa kita harus melakukan pekerjaa kita dengan baik, agar kita dapat hidup menurut kehendak Allah.
12. Lilin tidak berguna tanpa nyala api. Hal ini mengingatkan bahwa kita semua mati dan tidak berguna sampai kita dinyalakan dengan nyala api Roh Kudus yang membakar seluruh hidup kita. Lilin mengingatkan kita akan Roh Kudus, yang turun atas para Murid dalam rupa nyala api. Hal ini mengingatkan kita bahwa kita harus memohon agar Roh Kudus datang dan tinggal dalam kita, dan agar Dia membersihkan segala kenajisan kita agar jiwa kita dapat diselamatkan.

* Disadur dan diadaptasi dari Katolik Timur's Notes, "12 Makna Lilin Berdasarkan Ciri-Cirinya" dalam situs pertemanan Facebook (www.facebook.com)



.

Rabu, 13 Januari 2010

Senin, 11 Januari 2010

HAMORAON

HAMORAON

ADA ANGGAPAN bahwa orang Batak cenderung materialistis atau menjadikan materi sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan. Sebagaimana dikatakan dalam syair lagu ciptaan komponis Nahum Situmorang, selain hagabeon (memiliki banyak turunan) dan hasangapon (sangat dihormati), hamoraon (memiliki banyak harta) adalah cita-cita, falsafah atau orientasi hidup masyarakat Batak.

1. HAMORAON DALAM PANDANGAN TRADISIONAL BATAK
Mungkin kita dapat setuju bahwa pada dasarnya memang orang Batak sangat menjunjung tinggi kekayaan (hamoraon). Kekayaan dipandang sebagai kebajikan sementara kemiskinan dianggap sebagai nasib malang. Kaya (mamora) berarti memiliki banyak harta (godang arta). Pada jaman dahulu harta terdiri dari: sawah, ternak, rumah dan emas. Begitu banyak perumpamaan yang memuji nilai kekayaan ini:

Simbora gukguk, sai mamora ma hita luhut! Tangkas ma jabu suhat tangkasan ma jabu bona.

Tangkas ma hita maduma tangkasan ma hita mamora. Tubu dingin-dingin di tonga-tonga ni huta. Saur ma hita madingin tumangkas hita mamora.

Tonggi ma sibahut tabo ma pora-pora. Gabe ma hita huhut jala sude hita mamora.

Tubu ma tandiang di topi aek sibara-bara. Sai gok ma jolma di ginjang , gok ma pinahan di taumbara.

Tinaba hau sampinur di tombak simarhora-hora. Sai lam matorop ma hamu maribur lam marsangap jala mamora.

Andor ras andor ris andor ni simamora. Sai horas ma hita jala torhis sai rap gabe jala mamora.



Banyak tindakan kebajikan dilakukan orang Batak bukan semata-mata demi kebajikan itu sendiri namun dengan tujuan agar memperoleh kekayaan. Misalnya penghormatan kepada hula-hula dilakukan juga dalam rangka mendapatkan berkat kekayaan. Demikian pula pengormatan kepada orangtua yang telah meninggal dunia.


Nidurung situma laos dapot pora-pora. Molo buas iba tu hula-hula na pogos hian iba gabe mamora.

Dolok ni Lumban Julu hatubuan ni simarhora-hora. Nunga dipanangkok hamu saring-saring ni angka ompunta i ba sai gabe ma hamu jala mamora.


Kultur Batak pra-Kristen memang tidak terlalu mempersolkan sumber atau asal-usul kekayaan. Kekayaan bisa diperoleh karena kerja keras, warisan, menang berjudi, jarahan perang, tebusan gadai, “tangko raja” (pencurian yang luhur?) dan lain-lain. Molo malo iba na tinangko gabe na jumpang, molo oto iba na jumpang gabe na tinangko!

Namun kultur Batak juga menuntut sikap khusus dari orang kaya, yaitu kemurahan hati (marasi roha) atau kedermawanan. Orang kaya sejati digambarkan sebagai orang yang tikarnya tidak pernah digulung (karena selalu menerima tamu), bakul nasinya besar, dan talenan-nya tipis atau ringan karena selalu dipergunakan. Paramak so balunon, parsangkalan na neang, parbahul-bahul na bolon.

Begitu pentingnya kekayaan (hamoraaon) ini, bahkan menjadi tujuan hidup sehingga demi memperoleh kekayaan, banyak orang Batak-Kristen mengabaikan prosedur atau cara memperolehnya, atau cenderung menghalalkan segala cara. Orang kaya mendapat tempat terhormat, juga di kampung milik hula-hulanya. Sebagaimana disiratkan dalam umpama berikut: Ai hotang rasras do hotang singgoran bahen pangarahut ni ruma. Dos do raja dohot na mora marorot di bagasan huta. Semangat merantau atau meninggalkan Tanah Batak ke ke daerah-daerah lain juga sebagian besar juga merupakan cita-cita untuk kaya. Kemajuan diidentikkan dengan kekayaan. Kekayaan merupakan satu-satunya tanda sukses di perantauan.

Dalam kultur Batak pra-Kristen hamoraon (kekayaan) bukan saja menentukan status sosial seseorang namun dianggap sebagai suatu salah satu tanda yang absolut bahwa seseorang mendapat berkat. Karena itu kemiskinan dianggap sebagai bencana atau kutuk. Itulah juga yang menyebabkan kultur Batak pra-Kristen menganggap kekayaan begitu penting dan mulia, sebab itu sering diupayakan dengan segala cara.

Nilai hamoraon ini mempengaruhi peran sosial dan perilaku orang Batak sehari-hari. Banyaknya pemuda Batak yang memilih jurusan studi yang “basah” (cepat menghasilkan uang berlimpah) dan sedikitnya yang memilih jurusan studi yang “kering” (sulit menghasilkan uang berlimpah) haruslah dilihat dalam kerangka filsafat hidup ini. Begitu pula jenis-jenis profesi yang sangat diminati orang Batak (hukum, ekonomi, teknik) sebagian harus dilihat dalam konteks “keinginan menjadi kaya” (mamora). Satu hal yang sangat memprihatinkan orang Batak, karena ingin cepat kaya dan dapat untung, juga sangat banyak yang berprofesi sebagai rentenir, pedagang VCD porno, penjual togel.


2. HAMORAON DALAM PERSPEKTIF MODEREN

Komunitas Batak sekarang hidup dalam era moderen. Agar dapat survive di tengah masyarakat moderen maka komunitas Batak juga harus mengakomodir nilai-nilai modern termasuk tentang kekayaan. Bagaimana pandangan modernitas tentang nilai kekayaan?

Bagi masyarakat moderen dan demokratis, kekayaan diterima sebagai ganjaran yang wajar dan semestinya dari kerja keras, ketekunan, prestasi, kinerja dan talenta (bakat khusus) yang dikembangkan. Namun masyarakat moderen menolak kekayaan yang diperoleh dengan cara melawan hukum (korupsi, kolusi).

Kita harus menolak pemahaman yang memisahkan kekayaan dari hukum, moralitas dan hati nurani. Kekayaan dianggap baik dan mulia karena diperoleh dan digunakan berdasar kepada hukum dan moralitas serta mengindahkan hati nurani. Sebaiknya kekayaan yang diperoleh atau digunakan tidak berdasar hukum, moralitas dan hati nurani harus dianggap rendah dan memalukan.

Namun dalam masyarakat moderen kekayaan mesti diimbangi juga dengan ketaatan membayar pajak dan kedermawanan (semangat filantropi). Semain kaya seseorang ia harus makin jujur dan taat membayar pajak dan memberikan bantuan sosial. Itulah sebabnya di luar negeri orang-orang kaya menggunakan kekayaannya mendirikan yayasan sosial guna membagi-bagikan kekayaan itu kepada masyarakat (baca: sama sekali bukan untuk mendapatkan keuntungan!).


Selanjutnya bagi masyarakat moderen bentuk kekayaan bukan lagi hanya sawah, ternak atau emas, namun meluas. Pengetahuan, informasi, jaringan, bakat dan keahlian khusus, dan bahkan kesehatan juga dianggap sebagai asset atau kekayaan, bahkan yang terpenting.

3. HAMORAON DALAM PERSPEKTIF KRISTEN

Ada 4(empat) pertanyaan yang senantiasa harus diajukan sehubungan dengan kekayaan:

(1) Asal-usul. Dari manakah kekayaan itu berasal atau bersumber? Kekristenan menolak kekayaan yang diperoleh dengan cara korupsi atau mencuri. Hukum ke-8 berbunyi “Jangan mencuri!”. (baca: Jangan korupsi!). Bagi kekristenan bukan hanya tujuan menjadi kaya yang penting, tetapi terutama bagaimana cara menjadi kaya. Cara yang benar menjadikan tujuan benar. Cara yang salah membuat tujuan jadi salah.

(2) Pengelolaan. Bagaimana kita mengelola kekayaan itu? Kekayaan di tangan orang jahat akan cenderung digunakan untuk melakukan kejahatan. Sebaliknya di tangan orang baik, kekayaan akan digunakan untuk melakukan kebaikan juga. Hanya orang yang menjadi hamba Tuhanlah yang dapat menjadikan kekayaan sebagai hamba atau alat kebenaran dan kasih. Sebaliknya: orang yang menjadi hamba dosa, akan tidak dapat merajai kekayaannya namun malah menjadikan kekayaan sebagai majikan atau tuannya. Karena itulah Alkitab mengatakan “cinta uang akar segala kejahatan” (I Tim 6:10)

(3) Dampak. Apakah dampak kekayaan itu kepada orang yang bersangkutan? Ada kekayaan yang berdampak baik namun ada juga yang berakibat buruk. Sebagian orang setelah kaya semakin mendekat kepada Tuhan, namun sebagian lagi justru menjadi menjauh. Memang kekristenan menolak kekayaan dijadikan ukuran atau parameter menilai kemanusiaan seseorang. Kaya-miskin pada hakikatnya kemanusiaan seseorang sama di hadapan Tuhan. Begitu juga Tuhan menghendaki perubahan pemilikan harta atau kaya-miskin tidak mempengaruhi hubungan kita dengan Tuhan dan dengan juga orang yang kita cintai-mencintai kita.

Adalah wajar dan sah jika kita ingin hidup sejahtera dan berkecukupan. Tuhan juga menjanjikan hidup berkelimpahan kepada orang percaya (Yoh 10:10, Maz 23:5-6, II Kor 9:8). Namun kita dipesan agar kita melakukan kebajikan dan kasih demi kebajikan dan kasih itu sendiri, bukan karena pamrih.

(4) Tujuan atau motivasi. Apakah tujuan seseorang meraih kekayaan? Alkitab menolak kekayaan sebagai tujuan akhir (ultimate goal) dalam hidup. Tujuan akhir dalam hidup adalah memuliakan Tuhan dan mengasihi sesama. Kekayaan tidak abadi, sebab itu tidak dapat dijadikan tujuan pertama dan terakhir dalam hidup ini. Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya maka semua itu akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:34). Langit bumi akan berlalu namun Firman Allah tetap (I Pet 1:24-25). Namun uang itu dapat digunakan untuk berbuat kebajikan di dunia ini (Luk 16:1-9). Bahkan Alkitab menjadikan uang sebagai alat untuk menguji kesetiaan iman. Barangsiapa dapat dipercaya soal uang, dapat dipercaya juga soal iman. (Luk 16:10). Sebaliknya siapa korup soal uang akan korup juga soal iman!

Kekristenan memahami kekayaan (yang diperoleh secara benar) sebagai berkat Tuhan sekaligus sebagai godaan. Kekayaan tidak otomatis sebagai berkat. Sama seperti kemiskinan dibalik kekayaan juga ada godaan dan resiko. (Amsal 30:1-7)

Kritik kita kepada “teologi kemakmuran” adalah karena menjadikan kekayaan sebagai satu-satunya tanda atau bukti utama berkat Tuhan. Itu artinya: semua orang kaya otomatis orang yang diberkati oleh Tuhan. (walaupun kaya karena mencuri, korupsi dan kolusi) Sebaliknya semua orang miskin pastilah tidak diberkati oleh Tuhan (walaupun miskin karena jujur, adil dan benar). Padahal Tuhan justru memberkati orang jujur, adil dan benar (walaupun struktur dan sistem politik-ekonomi yang tidak adil sering menjadikan mereka miskin.

Rabu, 06 Januari 2010

Ada Lima Penyesalan dalam Hidup

Ada Lima Penyesalan dalam Hidup

1. Penyesalan 1 Hari
- Masak Nasi Jadi Bubur
Hanya 1 hari menyesal, bahkan mungkin hanya 1 kali makan. Besok sudah bisa makan nasi lagi.

Image


2. Penyesalan 1 Bulan

- Salah Potong Rambut
Hanya 1 Bulan aja menyesal, bulan depan sudah bisa memilki mode rambut yang diinginkan

Image


3. Penyesalan 1 Tahun

- Tidak Naik Kelas
1 tahun... Waktu yang cukup panjang untuk menyesal. Karena tidak belajar dengan baik, menyesal sepanjang tahun.

Image


4. Penyesalan Seumur Hidup

- Salah Pilih Pasangan Hidup
Selama hidup kita akan hidup bersamanya, seseorang yang tidak kita sukai...

Image


5. Penyesalan Kekal

- Salah Pilih Juruslamat
Selamanya di neraka, di tengah api yang panas, di antara tangis penyesalan....

Image

Sudahkah Anda memilih Yesus Kristus, JuruSelamat manusia ?